Total Tayangan Halaman

Pengikut

Sabtu, 09 Maret 2013

Mas Anies [Salam Damai dariJogja Untuk Indonesia]

"Enam tahun sudah reformasi t`lah berlalu, Bumi Indonesia masih saja menyimpan bara api perseteruan yang seakan tak kunjung usai.
Bumi Aceh, Poso, Ambon, Papua masih juga bersimbah darah dan air mata.
Mereka itu, adalah bangsa sendiri.

Apakah ini akan menjadi dendam generasi, mewarisi tragedi Singosari?
Marilah dari bumi Mataram ini, kita serukan Salam Damai Dari Jogja Untuk Indonesia!, sebagai penanda penutupan festival ini 

 Akhir kata, Ya Tuhanku, Kumohonkan semogalah Bumi Indonesia bukan lagi tragedi!" Kalimat-kalimat di atas merupakan orasi budaya yang seharusnya dibacakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Namun karena berhalangan, maka orasi yang dibacakan di Alun-Alun Utara Yogyakarta Sabtu (31/07) malam, digantikan oleh Katon Bagaskara, Sawung Jabo dan Bambang Paningron. Acara ini merupakan titik klimaks dari rangkaian Festival Kesenian Yogyakarta XVI 2004 yang diselenggarakan selama sebulan penuh.

Dengan tema "Kesenian Sebagai Peredam Gejolak Bangsa", beberapa artis pendukung yang terlihat di atas panggung dalam memeriahkan event kali ini diantaranya Jogja Masanies dan penyanyi dangdut Vivin Vania. Pada konser tersebut berbagai band dan kelompok musik yang lahir di kota Jogja dari generasi yang beragam telah melakukan aksinya dengan spektakuler. Mulai dari Sandalaras Band, Mock Me Not, N-Cix`s Akustik Band, Spohie Band, Satoe Band, Seventeen Band, Cross Bottom, Kornchonk Chaos Band, Endank Sukamti hingga Shaggydog.

 Penataan panggung di Alun-Alun Utara yang menghadap ke arah utara tersebut semakin menarik dan penuh artistik karena mendapatkan beberapa sajian tari modern dan tradisional. Tak kalah menarik dengan penampilan sebelumnya, sebuah pertunjukan hiphop pleh komunitas Jogja Hiphopp Foundation. Pertunjukan tari yang lain berasal dari tari tradisional Aceh Saman Inong dan Didong Gayo, tari tradisional Papua Humbelo, tari tradisional Kalimantan Timur (Tari Dayak) Tari Gong dan tari tradisional bali Bala Ganjur.

Mencapai titik puncak acara, Katon Bagaskara, Sawung Jabo, dan Bambang Paningron membacakan orasi budaya yang merupakan rangkaian kata-kata yang diciptakan oleh Sri Sultan HB X sendiri. Dalam orasi budaya tersebut masyarakat diajak untuk menyeruakan suara perdamaian yang dimulai dari Jogja untuk Indonesia secara umum dan nasional. Sultan juga menyinggung sekian lama reformasi yang dilalui namun masih membutuhkan simbah darah untuk mencapai kedamaian di bumi Indonesia.

Sultan secara tegas mengguratkan kata-kata untuk mengatakan bahwa Indonesia yang tercipta oleh tangan Tuhan, dikumandangkan lewat Proklamasi 1945 ke lima benua dan dengan gagasan yang indah membangun masyarakat damai, adil dan makmur, kini masih juga menjadi titik api persetujuan, merintihkan suara kepedihan. Orasi Sultan semakin mengukuhkan peran Yogyakarta dalam kehidupan berbagai bangsa seperti peran dunia seni bagi masyarakatnya. Kehendak beliau menunjukkan sikap pemimpin masyarakat kota budaya yang menjadi salah satu pusat penting aktivitas kesenian di negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar